Pages

Labels

Minggu, 08 Desember 2013

Tentang Logo Klub Sepakbola (Bagian 3-Habis) Italia Narsis, Spanyol Ruwet, Inggris Ksatria, Jerman Sederhana

Menerka makna Elips dan Simbol Binatang di Italia

Di Italia muncul sebuah kultur "Bella Figura". Sebuah konsep yang membuat Italia dikenal sebagai negara paling narsis di benua Eropa. Masyarakat di sana dipacu untuk tampil sedemikian rupa agar orang di sekitarnya memandang mereka sebagai sesuatu yang "wah".


Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya macam Inggris, Jerman, ataupun Spanyol, satu hal yang membedakan klub Italia adalah pencantuman tahun berdiri klub pada logo. Ya, klub Italia memang gemar melakukan demikian. Hal itu terjadi karena adanya suatu dogma, bahwa selain prestasi, klub yang memiliki umur tua akan disegani oleh para fans tradisional.


Selain itu, ciri khas klub-klub Italia adalah gemar memakai bentuk elips sebagai bentuk dasar elemen logo. Juventus, AC Milan, Hellas Verona, Bologna, Cagliari dan Atalanta adalah salah satu klub Serie-A yang jadi contoh dari sekian banyak klub-klub lainnya (lihat gambar di bawah).



Italia adalah negara pencetus abad rennaisance bermula, atau era ketika pintu gerbang Eropa memasuki abad modern terbuka. Dalam dunia seni, ciri khas dari Renaissance ditandai dengan penggunaan garis spiral, kurva polisentris kompleks, dan elips melengkung. Gaya elips rennaisance ini lah yang mempengaruhi logo klub-klub Italia.

Fenomena logo berbentuk elips sendiri mencuat di dekade 1970 hingga 1980-an. Mereka berharap pada tuah pendahulunya untuk kembali mengubah Eropa lewat lapangan hijau. Dan klub-klub Italia di dekade itu mampu mewujudkan mimpi itu.


Selain itu, perhatikanlah objek gambar dalam logo. Italia gemar memakai hewan sebagai simbol dalam logonya. Serigala, singa, beruang, gajah, macan tutul, elang, kuda, atau kambing lazim digunakan sebagai bagian simbol di sana.


Pada umumnya, perlakuan bangsa Italia terhadap hewan adalah refleksi langsung dari budaya dan tradisi Romawi kuno. Mereka terpesona dengan binatang liar, senang memperhatikan, mengangumi keanehan, atau bahkan mengawasi trik-trik saat hewan liar memburu dan membunuh mangsanya. Kedekatan dengan hewan-hewan liar inilah yang terkadang membuat hewan-hewan tersebut jadi sebuah identitas komunal masyarakat.


Spanyol yang Kaku, Kolot dan Ortodoks


Jika di Italia gaya identitas bersama lebih dominan, maka logo klub Spanyol lebih menunjukkan struktur hirarki. Dari logo-logonya, terlihat dominasi kerajaan diktator Franco dalam sepakbola negeri matador. Seolah jadi aturan tak tertulis, setiap klub di sana wajib memakai emblem-emblem kerajaan dalam logo mereka.


Ciri klub Spanyol adalah gemar memakai warna belang-belang yang diadopsi menjadi logo dan motif jersey. Belang-belang diadopsi dari bendera regional darimana mereka berasal, yang memang menggunakan warna berselang-seling. Klub-klub Andalusia pasti memakai warna hijau-putih dari bendera The Arboinda, Valencia merah-kuning dari The Coronada, Galicia dengan warna biru-putih, dan lain-lain.


Maka bolehlah diambil kesimpulan bahwa kaitan antara pemerintah lokal dan klub sepakbola di sana memang amat sangat dekat, seerat pemda dan klub-klub perserikatan di Indonesia.


Desainer logo pasti akan geleng-geleng kepala saat ditunjukan logo-logo klub spanyol. Penggunaan warna split komplementer yang tidak matching, picture mark yang seabreg, ditambah bentuk yang rumit dengan garis melengkung-lengkung, membuat logo-logo klub Spanyol terasa memusingkan.


Tradisi dipegang teguh di sana. Melihat logo-logo Spanyol, seolah seperti kembali ke akhir abad 18, saat dimana logo-logo masih dalam bentuk seni ilustrasi.


Apa yang terjadi di Spanyol pun sebenarnya terjadi di Italia dan Inggris. Tapi saat dunia mulai berubah, Spanyol tetap bersikukuh dengan ciri khas, yaitu dengan pemakaian outline hitam dalam objek dan terkadang juga memakai pewarnaan gradasi ala seni lukis jadul. Tak ada penyederhanaan bentuk. Semua dibuat semirip mungkin dengan objek aslinya.


Hal ini membuat logo tak sedap dipandang, karena secara fisik logo memang memiliki keterbatasan berupa ukuran media yang sempit. 



(Atas :Chievo Verona, Lazio, Lecce.Bawah : Sevilla, Malaga, Atletic Bilbao)

Dalam soal warna, klub-klub Spanyol terhitung boros. Begitu banyak warna yang dimunculkan sehingga bisa membuat orang bingung tentang identitas visual yang ingin ditonjolkan. Akibatnya selalu ada pesan yang bias.


Panji Ksatria dalam Badge Inggris


Jika di Italia memiliki elipse dan hewan, Spanyol dengan crown dan motif garis-garis, maka klub-klub Inggris identik dengan bentuk seperti banner. Di Liga Inggris sendiri saat ini tercatat ada 11 tim yang memakai banner shapes dalam logo mereka (lihat gambar di bawah).




Football Banner Shapes


Banner shapes ini berkaitan erat dengan bendera dan panji-panji para ksatria. Biasanya simbol ini dipasang pada ujung tombak, atau benteng-benteng pertahanan, sebagai tanda kerajaan-kerajaan Inggris di abad pertengahan.


Aura kepahlawanan, keagungan, dan superioritas inilah yang membuat banner shapes kerap kita jumpai dalam lambang-lambang klasik di Inggris. Karena itu pula pengharapan pada taji para ksatria dapat terasa dalam perang di atas lapangan hijau.


Dalam sejarahnya, identitas lokal didahulukan sebagai pembentuk awal logo-logo klub sepakbola di manapun juga. Maka di Inggris amat lumrah jika klub mengadopsi Coat of Arms setempat.


Karakter kekhasan dari emblem-emblemnya terdapat pada bentuknya yang simetris, yang memiliki keseimbangan antara kanan dan kiri. Mayoritas klub-klub Inggris sendiri lahir di akhir abad 19. Tak heran jika mereka terfiltrasi oleh gaya seni Art and Crafts Movement dan bercampur dengan Art Noeveau dalam seni ilustrasi Coat of Arms.


Art Nouveau adalah aliran seni modern yang popular di tahun 1890-1910. Gaya ini mengadopsi bentuk-bentuk plastis dan organis dari tumbuhan, tapi tetap mengandalkan prinsip geometris. Sulir-sulir tumbuhan yang melengkung-lengkung tentunya lazim kita temui dalam logo-logo klub di Inggris, bukan?.


Invasi Jerman dalam Logo-Logo Klub Eropa


Landasan keunggulan Jerman adalah keteraturan dan ketertiban. Dalam diri mereka mengalir darah yang taat, disiplin, kaku dan tak mau ribet. Kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk saat menghadapi masalah, jadi karakter kuat dalam diri mereka.


Dalam sepakbola, kesederhanaan itu muncul lewat lambang-lambang klub yang berkarakter minimalis; minim dalam jumlah objek visual dan warna yang dipakai. Jarang klub-klub Jerman mencantumkan identitas nama secara lengkap, apalagi tahun pendirian klub. Bagi mereka mungkin itu tak penting. 

Sekilas, logo-logo klub Bundesliga malah lebih mirip logo perusahaan ketimbang logo satu tim olahraga (lihat gambar di bawah).


Karakter ini tak muncul begitu saja. Jerman sendiri adalah pelopor logo-logo perusahaan modern, yaitu logo-logo berbentuk pictogram yang popular di tahun 1900-an. Kreatifitas logo tersebut diteruskan lewat sekolah seni dan desain Bauhaus, yang jadi pioneer dalam revolusi seni di dunia. Objektivitas dan rasionalisme adalah ciri khas dari Bauhaus.

Namun, tak hanya Bauhaus saja yang memberikan pengaruh dalam logo sepakbola Jerman. Steven Heller, seorang jurnalis spesialis desain grafis terkemuka di Amerika Serikat, pernah berujar bahwa dunia desain logo patut berterima kasih kepada Wilhelm Deffke. Ia adalah seorang Nazi yang memberikan pengaruh teramat kuat dalam sejarah logo modern. Deffke adalah sosok yang memodifikasi swastika menjadi logo yang dipakai Partai NSDAP.


Pasca perang, Deffke menciptakan sejumlah besar tanda bagi militer Jerman. Lewatnya Jerman mampu menghapus ketergantungan pada ornamen-ornamen klasik ala monarki. Desain berubah jadi modern, meski tetap mempertahankan pesona otoriter.


Menumpang Nazi yang melakukan ekspansi, gaya khas Defkke lalu menyebar ke seluruh Eropa, ke negara-negara Balkan, Skandinavia, dan Eropa tengah. Maka logo-logo klub di sana pun sederhana menyerupai Jerman.


Tetapi tentu saja tetap ada beda. Di negara-negara sosialis dan komunis, simbol-simbol buruh dan tani seperti palu arit dan padi umum dipakai. Dari sisi geometri, sudutnya kaku, lurus, dan minim garis lengkung, mirip kondisi politiknya yang absolut dan tertutup.



0 komentar:

Posting Komentar